Breaking News:
Wednesday, 23 August 2017
Beda Persepsi Antara KSAU dan Menhan Tentang Pesawat Angkut Berat

Beda pendapat dalam rencana pengadaan alutsista memang sering terjadi. Contohnya dalam rencana pengadaan pesawat angkut berat untuk keperluan TNI AU, jika Menteri Pertahanan (Menhan) RI Ryamizard Ryacudu pada bulan Januari 2017 sudah menyatakan untuk mendatangkan 5 unit Airbus A400M Atlas seharga US$2 miliar, tapi sebaliknya dari pihak TNI AU melalui KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menyatakan kalau mereka akan mendatangkan C-130J Super Hercules.

Kedua pernyataan yang bertolak-belakang itu memang memunculkan tanda tanya. Pendapat Menhan Ryamizard mengenai pengadaan Airbus A400M Atlas pertama kali diberitakan dalam situs Janes.com di awal bulan Januari 2017. Lalu tanda-tanda pembelian semakin diperkuat setelah pada tanggal 6 April 2017, 1 unit Airbus A400M milik AU Inggris (RAF/Royal Air Force) melaksanakan kunjungan perkenalan di Lanud Halim Perdanakusuma. Dan berita yang terakhir dan terdengar agak aneh, Indonesia sudah menandatangani surat minat (Letter of Intent) pengadaan pesawat angkut berat militer pabrikan Airbus Military, A400M Atlas. Hal ini disusul dengan kunjungan resmi Presiden Prancis, Francois Hollande ke Jakarta pada bulan Maret 2017.

Dikatakan aneh, karena Surat Minat pada A400M Atlas itu ditandatangani oleh Pelita Air, mewakili konsorsium BUMN Indonesia. Indonesia mempunyai beberapa BUMN yang bergelut pada penerbangan komersial berjadwal maupun sewa, yaitu PT Garuda Indonesia dan PT Pelita Air Service (anak perusahaan dari PT Pertamina). Lantas apakah Airbus A400M malah diperuntukkan sebagai pesawat kargo? Walupun ada kemungkinan demikian, tentunya agak rancu, mengingat pada dasarnya A400M merupakan pesawat angkut berat yang biasa difungsikan angkatan udara. Selain Negara Perancis, negara yang memakai Airbus A400M adalah militer Belgia, Jerman, Luxemburg, Spanyol, Turki, Inggris, dan Malaysia.

Sedangkan dari pihak pemakai, semenjak era KSAU Marsekal TNI Chappy Hakim, penerbang serta awak C-130 Hercules yang tergabung dalam Skadron Udara 31 dan Skadron Udara 32, lebih memilih generasi penerus pesawat angkut berat adalah C-130J Super Hercules. Seperti yang diberitakan situs antarajateng.com (23/7/2017), KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menyatakan akan mengakuisisi C-130J. Tidak dikatakan berapa jumlah yang akan dibeli. Tapi yang pasti, di pemerintahan Presiden Jokowi tak diperbolehkan lagi adanya kontrak pengadaan alutsista yang berstatus bekas pakai atau hibah.

Dikarenakan harus berstatus baru dan harus mendapatkan nilai dari ToT (Transfer of Technology), maka jika pilihannya adalah Airbus A400M Atlas dan C-130J, tentunya tak mungkin dipilih keduanya, melihat anggaran belanja alutsista yang menipis.

Jika pada akhirnya C-130J yang dipilih untuk armada Hercules TNI AU, maka akan menjadi pasangan yang serasi bagi generasi C-130 H/HS/L-100-30 yang masih terus beroperasi. Faktanya, C-130J hanya memerlukan 2 kru pada kokpit (ditambah 1 loadmaster di ruang kargo). Tugas kru lainnya digantikan oleh komputer. Varian terakhir ini difasilitasi peralatan navigasi digital paling canggih dan ditambah adanya kemampuan high resolution ground mapping dari radar APN-241 Low Power Color Radar, HUD, missile warning system, countermeasures system, dan ILS. Hercules tercanggih ini juga bisa beroperasi dan melakukan dropping di segala macam cuaca dan keadaan dengan keakuratan tinggi.

Dibandingkan dengan A400 dan An-70, dimensi dari C-130J pastinya lebih kecil, dan itu berpengaruh pada kapasitas payload yang maksimal hanya 20 ton. Tanpa membawa bahan bakar cadangan, C-130J mampu menjelajah sejauh 5.250 km. Mesinnya menggunakan Allisonn AE2100D3 bertenaga 4.591 HP per unitnya. Putaran mesin dikendalikan sepenuhnya oleh Full Authority Digital Electronic Control (FADEC), sehingga kestabilan antar mesin lebih terkendali dan juga bisa membuat jarak pengereman ketika mendarat menjadi lebih pendek.

Dibanding dengan generasi C-130 sebelumnya, Super Hercules memiliki bilah baling-baling yang berbeda. Mengadaptasi dari buatan Dowty Aerospace berbahan dasar komposit berbilah enam R391. Disamping itu, C-130J juga bisa melakukan pengisian bahan bakar di udara.

Lalu berapa harga C-130J Super Hercules? Harga terakhir yang didapat setiap negara biasanya tidak sama, melihat harga pasti bergantung pada keperluan fitur, metode pembayaran, sistem imbal beli serta ToT yang diinginkan oleh user. Menurut Wikipedia.org, harga rata-rata internasional untuk C-130J ada sekitar US$100 – US$120 juta. Disamping itu, Airbus 400M Atlas harga per unitnya di tahun 2013 diperkirakan mencapai 152,4 juta euro.(hobby militer.com)

Author:
GO Ina

Kegiatan bertema “Children At Your Services” adalah program kolaborasi IAS dengan UNICEF dengan memperkenalkan profesi-profesi dunia aviasi kepada anak-anak.

Details
November 21, 2024

Bisnis jasa kurir/ekspedisi yang tahan banting bahkan ketika krisis, melaju pesat dan mencatatkan pertumbuhan dua digit selama beberapa tahun terakhir

Details
November 17, 2024

Fuso eCanter adalah investasi yang sangat tepat untuk masa depan PT Yusen Logistics Indonesia yang memiliki tujuan visi keberlanjutan lingkungan.

Details
November 17, 2024

Kerjasama ini adalah langkah strategis kedua maskapai beri nilai tambah pengguna jasanya sekaligus mendukung pertumbuhan aktivitas bisnis dan pariwisata kedua negara

Details
November 14, 2024

GENERAL NEWS