Asperindo (Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia) mengadakan Jumpa Pers, sekaligus berdiskusi dengan rekan media, Senin (3/9/2018).
Diskusi itu membahas tentang Pembangunan Terminal Cargo di Bandara Ahmad Yani Semarang.
Ketua Asperindo Jateng, Tony Winarno mengatakan, ketika Bandara Ahmad Yani yang baru selesai dibangun sebenarnya adalah baru untuk terminal penumpangnya saja.
Padahal sebagai Badan Usaha Bandar Udara (BUBU) Angkasa Pura 1 seharusnya mengusahakan dua terminal karena menyangkut arus penumpang dan barang.
Sekaligus sesuai UUD no. 1 tahun 2009 tentang penerbangan dan jasa terkait Bandar Udara adalah Terminal Penumpang dan Terminal Barang atau Cargo.
"Dalam hal ini Angkasa Pura 1 sebagai pemilik Badan Usaha Bandar Udara (fasilitator) dan kami adalah pengguna jasa. Karena Terminal Cargo belum jadi kami diberikan solusi dengan membuat shelter (tempat penampungan sementara) di Bandara yang baru, dan sementara Terminal Cargo masih berada di Bandara yang lama," ujar Tony pada Tribunjateng.com, Senin (3/9/2018).
Tony menjelaskan hingga saat tanggal 6 Juni 2018 acara launching Bandara Ahmad Yani yang baru terjadilah Backlog Cargo artinya pesanan barang atau jasa belum terlayani.
Karena hampir 100 ton ternyata tidak bisa berjalan dengan baik, dan semua Cargo delay (tertunda) selama 6 jam bahkan sampai General Manager Gapura turun tangan.
"Mereka tidak tahu kalau kami ditelepon ribuan customer dari seluruh Indonesia, hampir 100 ribu orang. Pada akhirnya kami mengurangi jumlah Cargo sekitar 50% saat itu supaya tidak terjadi Backlog," katanya.
Menurut Tony pada saat itu pihak AP 1 Bandara Ahmad Yani Semarang menjanjikan Terminal Cargo akan selesai sekitar bulan Agustus atau September 2018. Tapi beberapa waktu lalu saat meeting pihak Angkasa Pura 1 menyampaikan kontrak baru selesai pertengahan tahun depan.
Selain itu dari 5 truck yang dijanjikan hanya 2 truck yang jalan, lalu dari transit time sesuai yang dijanjikan barang masuk 2,5 jam dan barang keluar 2 jam. Namun pada kenyataannya tetap saja membutuhkan waktu 4-5 jam untuk terbang.
Sehingga berdampak waktu tempuh ke Semarang secara Internasional yaitu Jakarta plus 1 bukan plus 0 lagi. Artinya kerugian di eksportir yang mana pemerintah sedang menggalakkan E-commerce.
"Tindakan yang tidak sesuai jadwal ini menurut saya sangat merugikan para pengguna jasa sekaligus menghambat laju pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah khususnya. Pada intinya kami mendesak Angkasa Pura 1 Bandara Ahmad Yani Semarang untuk segera membangun Terminal Cargo. Padahal cargo itu membayar gudangnya untuk yang Internasional dua kali lipat dari domestik, misal sehari 100 ton saja bisa sekitar Rp 600-700 jutaan perhari," ungkapnya.
Sesuai penuturan Tony pihaknya adalah Asosiasi perusahaan jasa pengiriman Ekspres, kalau seperti ini terus bisa-bisa seperti odong-odong dan ekspresnya meninggal dunia. Selama ini kalau untuk area Jabodetabek tidak mengalami masalah, tapi kalau yang luar pulau pasti akan delay.
"Bandar udara saat ini menjadi kebutuhan utama seperti contoh ekspor sarang burung dari Jateng per tahun Rp 1,7 triliun dan saat ini terganggu karena sudah Jakarta plus 1. Harusnya besok sudah sampai Hongkong tapi besok baru sampai Jakarta," tandasnya.
Paket kiriman dari Belanda dengan tujuan Bandung, dicurigai memuat narkoba jenis MDMA yang disamarkan dalam kemasan biji kopi.
…DetailsDi Kepri selain untuk angkutan penumpang, N219 juga direncanakan untuk pengangkutan kargo, khususnya hasil perikanan laut.
…DetailsJaket EIGER merefleksikan semangat tangguh dan profesionalisme para kurir, helm Cargloss desainnya yang modern dan dinamis simbol semangat “Melesat Sat Set”
…DetailsTren wisata open trip dan desa wisata tidak hanya mengangkat potensi pariwisata, tapi juga menumbuhkan usaha lokal, mulai oleh-oleh, kuliner, dan cinderamata.
…Details