TANGERANG - Hari ini, Rabu, 20 Desember 2017, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Kinerja Penerbangan Sipil Indonesia Menuju Kelas Dunia”. Kegiatan FGD yang dilaksanakan di Hotel Atria, Gading Serpong, Tangerang ini dibuka oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Pramintohadi Sukarno, mewakili Dirjen Perhubungan Udara. FGD melibatkan empat orang narasumber, yaitu Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (KUPPU) Muzaffar Ismail, Utusan Khusus Menteri Perhubungan untuk ICAO Periode 2015-2016 Indroyono Soesilo, Kepala Bagian Pencalonan Direktorat Jenderal Kerjasama Multilateral Kementerian Luar Negeri Ade Winarso dan Pengamat Penerbangan Agus Pambagio.
FGD dilakukan untuk memperoleh masukan dari berbagai pihak terkait dengan kinerja penerbangan sipil Indonesia, baik dari aspek teknis penerbangan maupun dilihat dari aspek hubungan Indonesia dengan dunia internasional. Dengan terselenggaranya kegiatan ini juga diharapkan hal-hal penting terkait keselamatan penerbangan sipil Indonesia dapat terinventarisir.
“Keselamatan penerbangan merupakan hal nomor satu bagi kita. Tidak ada kompromi tentang ini. Ada maupun tidak adanya ICAO, keselamatan penerbangan sipil harus menjadi prioritas kita,” ujar Praminto.
Praminto bersyukur bahwa saat ini keselamatan penerbangan Indonesia sudah diakui oleh dunia internasional dengan mendapatkan nilai efektivits implementasi audit USOAP ICAO mencapai 81,15 persen dan berada di atas rata-rata dunia.
Menurutnya, langkah besar selanjutnya yang akan dilakukan adalah mengantarkan Indonesia untuk duduk menjadi salah satu anggota dewan ICAO.
“Menjadi anggota dewan ICAO merupakan salah satu harapan utama Indonesia karena diyakini dengan duduk sebagai anggota dewan akan memperbesar peluang Indonesia dalam memperjuangkan kepentingan penerbangan sipil nasional. Indonesia akan memiliki hak suara dalam penetapan kebijakan di bidang teknis, ekonomi, dan hukum penerbangan sipil yang dikeluarkan oleh ICAO sehingga akan memberikan dampak yang positif bagi kemajuan penerbangan sipil nasional dan juga pada sektor ekonomi nasional,” ujar Praminto lagi.
Sejarah mencatat bahwa Indonesia sebelumnya pernah duduk sebagai anggota dewan ICAO kategori III selama 40 tahun, yaitu dari tahun 1962 hingga tahun 2001. Namun Indonesia juga mengalami ketidakberhasilan dalam upaya mencalonkan diri pada pemilihan anggota dewan ICAO sebanyak 5 kali yakni pada pencalonan periode 2001-2004, 2004-2007, 2007-2010, 2013-2016, dan 2016-2019.
Kegagalan Indonesia pada pencalonan anggota dewan ICAO pada sidang majelis umum ICAO di tahun 2016 lalu dan tahun-tahun sebelumnya sudah selayaknya menjadi pelajaran yang sangat berharga. Namun bukan menjadi penyesalan bagi Indonesia karena Indonesia telah melakukan upaya yang maksimal agar dapat terpilih menjadi anggota dewan ICAO pada periode-periode tersebut.
Satu hal yang bisa menjadi peluang Indonesia masuk menjadi anggota dewan ICAO adalah hasil sidang majelis umum ICAO ke-39 yang telah melahirkan sebuah resolusi untuk melakukan amandemen terhadap pasal 50 (a) Konvensi Chicago 1944 tentang keanggotaan dewan ICAO guna menambah komposisi keanggotaan dewan ICAO dari 36 negara anggota menjadi 40 negara anggota. Resolusi ini akan mulai berlaku setelah 128 negara anggota ICAO melakukan ratifikasi dan menyerahkan instrumen ratifikasinya ke ICAO.
Penambahan komposisi melalui pemberlakuan amandemen tersebut akan meningkatkan peluang Indonesia untuk dapat menjadi anggota dewan ICAO.
Saat ini, Indonesia dalam hal ini Kementerian Perhubungan bersama-sama dengan kementerian terkait tengah melakukan proses ratifikasi terhadap amandemen tersebut dan diharapkan pada tahun ini ratifikasi tersebut dapat disahkan.
“Berbekal pengalaman yang sangat berharga itu, mari kita semua untuk tidak melupakan seluruh hal, mulai yang besar sampai yang terkecil. Semua harus kita catat. Semua harus kita pelajari. Saya berharap langkah evaluasi ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam membuat kebijakan ke depannnya untuk memperbaiki kekurangan yang ada, serta mempertahankan pencapaian yang ada. Sehingga penerbangan sipil Indonesia ke depannya akan menjadi penerbangan yang berkelas dunia yang regulasi maupun implementasinya telah sesuai dengan standar penerbangan sipil internasional,” ujar Praminto lagi.
Menurut Praminto, kegiatan ini mengundang perwakilan dari kantor pusat Kementerian Perhubungan serta stakeholders bidang penerbangan sipil mulai dari pengelola bandar udara, beberapa maskapai penerbangan sipil di Indonesia, stake holder penerbangan serta Kementerian dan Lembaga yang selama ini turut mendukung penuh upaya Indonesia dalam pencalonan menjadi Anggota Dewan ICAO Tahun 2016 lalu.
Di harapkan para peserta dapat memanfaatkan focus group discussion ini sebagai forum silaturahmi, forum untuk berbagi pengalaman, forum untuk bertukar pikiran serta forum untuk memperkaya wawasan dalam mewujudkan penerbangan sipil yang selamat, aman dan nyaman.
Kegiatan bertema “Children At Your Services” adalah program kolaborasi IAS dengan UNICEF dengan memperkenalkan profesi-profesi dunia aviasi kepada anak-anak.
…DetailsBisnis jasa kurir/ekspedisi yang tahan banting bahkan ketika krisis, melaju pesat dan mencatatkan pertumbuhan dua digit selama beberapa tahun terakhir
…DetailsKerjasama ini adalah langkah strategis kedua maskapai beri nilai tambah pengguna jasanya sekaligus mendukung pertumbuhan aktivitas bisnis dan pariwisata kedua negara
…DetailsKehadiran cabang utama ini memainkan peran penting dalam membantu pelaku usaha lokal memperluas distribusi produk, di pasar lokal maupun nasional
…Details