
Jakarta, 1/10/2019 - Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan melalui Balai Kesehatan Penerbangan menyelenggarakan Seminar Resiko Inkapasitasi Personel Penerbangan pada kondisi Sindroma Metabolik. Seminar ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran personel penerbangan terhadap pentingnya menjaga kesehatan kegiatan berlangsung di Hotel Mercure Kemayoran, Jakarta Pusat pada Selasa (1/10) hari ini.
Seminar ini dibuka secara resmi oleh Direktur Navigasi Penerbangan, Asri Santosa. Kegiatan diikuti sebanyak 131 peserta yang terdiri dari para pejabat di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara,maskapai penerbangan dan siswa siswi Sekolah Tinggi Ilmu Penerbangan (STIP).
Dalam sambutan, Asri menyampaikan bahwa permasalahan sindroma metabolik perlu diperhatikan oleh semua stakeholder penerbangan. Sindrome Metabolik merupakan sekumpulan kondisi yang terjadi secara bersamaan seperti peningkatan tekanan darah, kadar gula darah yang tinggi, kelebihan lemak di sekitar pinggang, serta kenaikan kadar kolesterol yang tidak biasa.
"Kami himbau kepada para maskapai penerbangan untuk mengecek kesehatan para personilnya secara berkala untuk mencegah terjadinya inkapasitas yang disebabkan oleh gangguan kesehatan sindroma metabolik, dengan begitu standar kesehatan fisik dan psikis personel penerbangan akan sesuai standar yang sesuai dengan standar Internasional Civil Aviaton Organization (ICAO) dan Civil Aviaton Safety Regulation(CASR) atau Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) sehingga personel penerbangan dapat berkerja secara optimal,” tutur Asri.
Berdasarkan hasil penelitian 2015-2019, Balai Kesehatan Penerbangan mencatat prosentase kondisi sindroma metabolik personel penerbangan pada tahun 2015 sebesar 18,28%, tahun 2016 sebesar 19,78%, tahun 2017 sebesar 20,15% dan tahun 2018 sebesar 20,56%.
Kepala Balai Kesehatan Penerbangan, Sri Murani Ariningsih mengungkapkan, berdasarkan data, personel penerbangan yang terdeteksi kondisi sindroma metabolik menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun, ini perlu menjadi perhatian serius demi terpenuhinya personel penerbangan yang handal.
"Kami berharap, kepada para personel penerbangan agar lebih menjaga tingkat kesehatan dan performanya, sehingga terwujud keselamatan, keamanan, dan kenyamanan dalam penerbangan,” tutup Sri.
Hal ini yang ditawarkan oleh forwarder.ai dalam mengembangkan dua produk digital terbarunya, yakni Software as a service (SaaS) - Forwarder Scalable Intelligence System (Forsis) dan Forwarder Data Exchange (Fordex) berbasis API (Application Programming Interface).
…DetailsDalam rangka menyambut musim haji 1446 H / 2025 M, PT Integrasi Aviasi Solusi atau InJourney Aviation Services (IAS) bersama anak usahanya Gapura Angkasa, IAS Support (IASS), dan Angkasa Pura Support,
…DetailsPT Jasa Angkasa Semesta Tbk (JAS), perusahaan ground-handling terkemuka di Indonesia, dengan bangga meluncurkan Belt Conveyor Loader (BCL) hybrid pertamanya dalam sebuah seremoni khusus yang digelar di Terminal 3, Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
…DetailsPT. Citra Van Titipan Kilat (TIKI), perusahaan jasa pengiriman terkemuka di Indonesia, kembali menunjukkan komitmennya terhadap nilai-nilai kemanusiaan melalui kegiatan donor darah yang diselenggarakan bersama Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat, bertempat di kantor TIKI Pemuda, Jakarta.
…Details