JAKARTA - Dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini hampir 220 juta orang, Penduduk Terbesar kelima di dunia, jumlah penduduk yang besar tersebut rencananya akan dilakukan vaksin Covid-19, membawa vaksin dibutuhkan alat transportasi udara semisal pesawat, karena vaksin Covid-19 berada diluar Indonesia, maka International Air Transport Association (Asosiasi Pengangkutan Udara Internasional, disingkat IATA mengatakan untuk mengangkut vaksin ini diperlukan 8000 pesawat jet jumbo Boeing 747 ke berbagai dunia termasuk Indonesia.
Perencanaan pengiriman vaksin juga perlu perhitungan dengan presisi ala militer. Sejauh ini belum ada vaksin virus corona yang diproduksi massal, namun IATA dengan menggandeng maskapai penerbangan, bandar udara, organisasi kesehatan global, dan perusahaan-perusahaan farmasi sudah membahas bagaimana mengirim vaksin melalui transportasi udara jika vaksin ini tersedia.
Keperluan 8000 pesawat jet jumbo didasarkan pada asumsi pada satu dosis per orang.
"Mengirim vaksin Covid-19 akan menjadi misi terpenting dalam industri kargo udara pada abad ini. Misi ini tidak akan sukses tanpa ada perencanaan yang matang," kata Alexandre de Juniac, Direktur Eksekutif IATA.
Pengiriman vaksin Covid-19 diperkirakan akan sangat kompleks
Tak semua pesawat bisa dipakai untuk mengangkut dan mengirim vaksin karena memerlukan temperatur antara dua hingga delapan derajat Celsius, rentang suhu udara ideal untuk mengangkut obat-obatan.
Beberapa vaksin memerlukan suhu di bawah nol, yang membuat beberapa jenis atau model pesawat tak bisa dipakai untuk mengangkut vaksin.
"Kita sudah paham prosedurnya. Yang perlu kita lakukan adalah meningkatkan skala dan kapasitas sehingga pesawat-pesawat yang tersedia bisa dipakai begitu vaksin telah tersedia," ujar Glyn Hughes yang mengepalai kargo di IATA.
Ia menambahkan mengirim vaksin Covid-19 sangat penting bagi sejumlah kawasan seperti di Asia Tenggara, karena kemampuan memproduksi vaksin tak sebaik negara-negara lain.
Koordinasi Ala Militer
IATA mengatakan mendistribusikan vaksin ke seluruh Afrika untuk saat ini tidak dimungkinkan karena kecilnya kapasitas kargo, besarnya kawasan dan kompleksitas perlintasan antarnegara.
Pengiriman vaksin memerlukan presisi ala militer dan membutuhkan fasilitas pendinginan atau gudang cold storage untuk menyimpan vaksin di seluruh titik jaringan distribusi.
Saat ini tengah dikembangkan 140 vaksin virus corona dan sekitar 20 di antaranya masuk pada tahap klinis, dengan diujicobakan ke manusia.
Salah satunya dikembangkan oleh Universitas Oxford di Inggris, yang sudah pada tahap lanjut. Uji coba oleh Universitas Oxford dihentikan setelah seorang relawan jatuh sakit.
Namun, AstraZeneca, perusahaan farmasi yang mengembangkan vaksin Covid-19 bersama Universitas Oxford menyatakan bahwa ini "adalah kejadian yang rutin". Dalam penelitian, bisa timbul reaksi-reaksi yang tidak diinginkan.
IATA mendesak pemerintah di berbagai negara untuk memulai melakukan perencanaan secara hati-hati dan matang untuk memastikan mereka siap, begitu vaksin disetujui dan bisa dikirim.
Setelah metode dan mekanisme distribusi vaksin disepakati, bukan berarti tantangan di lapangan selesai. Masih ada satu hal yang perlu dipikirkan: masalah keamanan.
IATA mengatakan vaksin akan menjadi komoditas yang sangat diburu.
"Harus ada pengaturan untuk memastikan pengiriman vaksin aman dan vaksin-vaksin ini tidak dicuri," kata IATA.
Kegiatan bertema “Children At Your Services” adalah program kolaborasi IAS dengan UNICEF dengan memperkenalkan profesi-profesi dunia aviasi kepada anak-anak.
…DetailsBisnis jasa kurir/ekspedisi yang tahan banting bahkan ketika krisis, melaju pesat dan mencatatkan pertumbuhan dua digit selama beberapa tahun terakhir
…DetailsKerjasama ini adalah langkah strategis kedua maskapai beri nilai tambah pengguna jasanya sekaligus mendukung pertumbuhan aktivitas bisnis dan pariwisata kedua negara
…DetailsKehadiran cabang utama ini memainkan peran penting dalam membantu pelaku usaha lokal memperluas distribusi produk, di pasar lokal maupun nasional
…Details