JAKARTA - Direktur Bandar Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Polana Banguningsih Pramesti membeberkan alasan tersendatnya pembangunan Cargo Village di Bandara Soekarno-Hatta.
Hal itu disampaikannya dalam rapat bersama Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan di Kantor Kemenko Maritim.
"Ini Pak Menteri (Luhut) mengecek kenapa kok nggak jalan jalan, kenapa kok belum terealisasi. Jadi, tadi sudah dibahas bahwa sebenernya selain Cargo Village-nya sendiri ada aksesibilitas yang belum selesai, yang belum diputuskan antara antara Angkasa Pura II, Jasa Marga sama anak perusahaannya," jelas Polana.
Pada awalnya, kata Polana, pembangunan Cargo Village di Bandara Soekarno-Hatta ditargetkan pada 2019. Namun, target tersebut bakal mundur sedikit meskipun apronnya telah rampung terbangun.
Rencana dari PT Angkasa Pura II (Persero) mencanangkan bandara Soekarno-Hatta menjadi cargo village atau kawasan kargo dengan fokus melayani kiriman e-commerce atau perdagangan elektronik.
Presiden Direktur PT Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin menuturkan pihaknya akan mempersiapkan Bandara Soekarno-Hatta menjadi hub kargo terbesar di Indonesia dengan meningkatkan kapasitas cargo village dari yang sebelumnya mampu mengelola 600.000 ton kiriman per tahun menjadi 1,5 juta ton kiriman per tahun.
“Ini akan menjadi pengelolaan kargo terbesar di indonesia, tahun lalu apron (lahan parkir) untuk pesawat kargo seluas 15 Ha kita selesaikan, tahun ini warehouse lini 1, tahun depan lini 2. Khusus Angkasa Pura Kargo lini 2 miliknya sudah dimulai (pembangunannya) tahun ini,” terangnya akhir pekan lalu.
Dia menuturkan untuk membangun bisnis kargo udara yang baik, diperlukan kolaborasi dengan pemerintah daerah supaya memprioritaskan pengiriman melalui udara. Produk-produk hasil daerah seperti produk UMKM dan barang yang perishable (hasil perikanan, makanan) dapat menjadi muatan balik, sehingga kiriman dari bandara pasangannya Soekarno-Hatta tidak kosong.
Dia menjelaskan kiriman asal Bandara Cengkareng ini akan difokuskan pada e-commerce cargo karena pertumbuhannya yang dinilai begitu pesat. Salah satu pertimbangannya karena pasar e-commerce yang bersaing dari sisi kecepatan pengiriman dan sejauh ini pengiriman jarak jauh yang paling cepat masih melalui transportasi udara.
“Jadi saya rasa kita fokuskan ke e-commerce cargo sekarang e-commerce cargo sedang menumbuhkan transaksi. Transaksinya bisa online tapi value chain tetap offline karena mengantarnya sudah pasti tidak bisa online,” ujarnya.
Pihaknya menargetkan pertumbuhan kargo udara mencapai 1 juta ton pada 2019 ini, mengingat realisasinya sepanjang 2018 mencapai 932.107 ton. Dalam rangka mencapai target tersebut, AP II siap memberikan slot atau ruang penerbangan bagi maskapai freighter yang menjanjikan volume kargo tinggi.
Kegiatan bertema “Children At Your Services” adalah program kolaborasi IAS dengan UNICEF dengan memperkenalkan profesi-profesi dunia aviasi kepada anak-anak.
…DetailsBisnis jasa kurir/ekspedisi yang tahan banting bahkan ketika krisis, melaju pesat dan mencatatkan pertumbuhan dua digit selama beberapa tahun terakhir
…DetailsKerjasama ini adalah langkah strategis kedua maskapai beri nilai tambah pengguna jasanya sekaligus mendukung pertumbuhan aktivitas bisnis dan pariwisata kedua negara
…DetailsKehadiran cabang utama ini memainkan peran penting dalam membantu pelaku usaha lokal memperluas distribusi produk, di pasar lokal maupun nasional
…Details