Breaking News:
Tuesday, 12 November 2019
Potensi Masuknya ASF dan Dampak bagi Ekonomi Indonesia

Demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) sudah hampir menyebar di beberapa benua, termasuk Eropa dan Asia. Terdapat beberapa titik kritis yang bisa menjadi celah masuknya ASF ke Indonesia seperti barang bawaan penumpang yang berupa daging babi atau produk daging babi yang diproses dengan pemanasan yang tidak cukup.

Sisa-sisa katering dan sisa makanan bawaan penumpang dan awak alat angkut transportasi internasional (kapal laut, pesawat udara) yang digunakan sebagai pakan babi dapat menularkan virus ASF.

Dampak ekonomi

drh. Agus Sunanto, MP., Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian menjelaskan dampak ekonomi jika ASF sampai masuk ke peternakan babi di Indonesia.

Kematian akibat ASF akibat virus yang virulensi menengah berkisar 30-70% populasi, bahkan mencapai 100% pada virus yang virulensinya tinggi. Apabila dihitung 30% saja menyebabkan kematian maka kerugian peternakan babi dapat mencapai Rp 7,6 triliun.

Selain itu, Indonesia akan kehilangan pasar ekspor dan potensinya baik untuk babi maupun produk babi. Saat ini, Indonesia memiliki banyak peternakan babi dan merupakan salah satu pemasok utama bagi pasar Singapura.

Berdasarkan data Indonesian Quarantine Full Automation System (IQFast) tahun 2018, ekspor babi hidup dari Indonesia sebanyak 279.278 ekor. Selain babi hidup, Indonesia juga mengekspor daging babi olahan sebanyak 613 kg atau bernilai sekitar Rp 837,9 miliar.

Dampak lainnya adalah hilangnya mata pencaharian peternak babi. Berdasarkan data sebanyak 285.315 peternak rakyat di Indonesia dapat kehilangan mata pencaharian. Dengan estimasi keuntungan bersih peternak sebanyak 30% dari berat hidup, maka pendapatan peternak sebesar Rp 256 miliar terancam hilang.

Selain kerugian ekonomi, menurut Agus, terdapat biaya program pengendalian penyakit ASF yang sangat tinggi yang harus dikeluarkan negara. Di antaranya untuk pengendalian lalu lintas, pengendalian vektor, biosekuriti, pemantauan dan surveilans, serta sosialisasi.

Juga ancaman hilangnya plasma nutfah asli Indonesia, yaitu babi lokal Indonesia seperti jenis babi Jawa berkutil (Sus verrucosus), babi Kalimantan (Sus barbatus), babi Sulawesi (Sus celebensis) dan Babirusa (Babyroussa babyrusa). Juga terganggunya sektor pariwisata.

Agus Sunanto meminta agar masyarakat dan media turut peduli dan menginformasikan tentang bahaya ASF tersebut. "Masyarakat harus tahu ini, biar semua ikut menjaga mana yang tidak boleh dilakukan. Bukan karena kita melarang, tapi demi terjaganya NKRI," pungkasnya.

Author: Martin Jop
GO Ina

Kegiatan bertema “Children At Your Services” adalah program kolaborasi IAS dengan UNICEF dengan memperkenalkan profesi-profesi dunia aviasi kepada anak-anak.

Details
November 21, 2024

Bisnis jasa kurir/ekspedisi yang tahan banting bahkan ketika krisis, melaju pesat dan mencatatkan pertumbuhan dua digit selama beberapa tahun terakhir

Details
November 17, 2024

Kerjasama ini adalah langkah strategis kedua maskapai beri nilai tambah pengguna jasanya sekaligus mendukung pertumbuhan aktivitas bisnis dan pariwisata kedua negara

Details
November 14, 2024

Kehadiran cabang utama ini memainkan peran penting dalam membantu pelaku usaha lokal memperluas distribusi produk, di pasar lokal maupun nasional

Details
November 13, 2024

GENERAL NEWS