Pada acara peluncuran platform dagang Digital Indonesia Store (IDNStore), Kamis (14/1/21), Menteri Perdagangan Republik Indonesia, M. Lutfi mengatakan bahwa Indonesia menemukan ‘harta karun’ baru dalam komoditas ekspor, yang nilainya bisa mencapai ratusan triliun. Komoditas ekspor tersebut adalah Sarang Burung Walet.
Dilansir dari cnbcindonesia.com, Mendag Lutfi sudah melaporkan temuan ‘harta karun’ ekspor itu kepada Presiden Joko Widodo, dan dia yakin pertumbuhan yang ditargetkan RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) akan tercapai oleh Kementerian Perdagangan RI.
Sementara itu dalam release Kementrian Pertanian RI, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menyebutkan tren ekspor Sarang Burung Walet (SBW) menunjukan peningkatan signifikan dalam lima tahun terakhir.
Rumah dari burung walet (Collocalia sp.) ini dipercaya memiliki khasiat bagi kesehatan dan banyak dihasilkan di pulau Jawa, Kalimantan hingga Sulawesi.
Mentan SYL bersyukur bahwa komoditas asal sub sektor peternakan ini juga mendapat dukungan dari Menteri Perdagangan, M. Lutfi.
Sebagai informasi, dari data pada sistem perkarantinaan, IQFAST Badan Karantina Pertanian (Barantan) tercatat bahwa selama masa pandemi Covid 19, jumlah ekspor SBW sebanyak 1.155 ton dengan nilai Rp. 28,9 triliun atau meningkat 2,13% dari pencapaian di tahun 2019 yang hanya sebanyak 1.131,2 senilai Rp. 28,3 triliun saja.
SBW dapat hidup baik dengan ekosistem yang terjaga, mulai dari hutan, laut dan sungai sebagai penghasil pakan walet alami.
Saat ini, SBW yang diperdagangkan merupakan komoditas binaan dari Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Kementan untuk produktivitasnya. Sementara untuk pendampingan eksportasi mulai dari harmonisasi aturan dan persyaratan teknis sanitasi negara tujuan dan bimbingan teknis sanitari dan keamanan pangan, food safetynya dilakukan oleh Barantan.
Masih menurut Mentan SYL, melalui Barantan pihaknya telah melakukan pendampingan terhadap 23 eksportir SBW RI sehingga berhasil teregistrasi oleh otoritas karantina pertanian Cina, GACC (General Administration of Customs of the People's Republic of China).
Dan tercatat sebanyak 262 ton atau 23% dari total ekspor SBW RI dibeli oleh China. Pelaku usaha SBW RI banyak menyasar ke pasar Cina karena harga jual yang lebih tinggi dibandingkan negara tujuan lain, yakni antara Rp. 25 juta - Rp. 40 juta per kilo.
Namun dengan harga yang lebih tinggi ini, secara khusus China juga mempersyaratkan ketentuan registasi bagi tempat pemrosesan SBW disamping pemenuhan persyaratan teknis bagi perusahaan SBW Indonesia, sehingga dapat memenuhi ketentuan kapasitas dan syarat eksportasi ke China. Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara eksportir SBW ke China dengan pangsa pasar sebesar 75,3 persen.
Kepala Barantan, Ali Jamil yang turut memberikan keterangan releasenya menyampaikan bahwa selain China, ada 23 negara tujuan ekspor lain bagi SBW Indonesia, antara lain Australia, USA, Kanada, Hongkong, Singapore, Afrika Selatan dan lainnya.
"Setiap negara tujuan memiliki protokol ekspor masing-masing dan kami selaku otoritas karantina mengawal persyaratan teknisnya, " kata Jamil.
Jamil juga menyebut pihaknya telah memiliki laboratorium pengujian yang telah diakui oleh negara mitra dagang. Selain percepatan layanan, pihaknya juga juga terus melakukan inovasi teknologi perkarantinaan untuk memfasilitasi pertanian diperdagangan internasional.
Kegiatan bertema “Children At Your Services” adalah program kolaborasi IAS dengan UNICEF dengan memperkenalkan profesi-profesi dunia aviasi kepada anak-anak.
…DetailsBisnis jasa kurir/ekspedisi yang tahan banting bahkan ketika krisis, melaju pesat dan mencatatkan pertumbuhan dua digit selama beberapa tahun terakhir
…DetailsKerjasama ini adalah langkah strategis kedua maskapai beri nilai tambah pengguna jasanya sekaligus mendukung pertumbuhan aktivitas bisnis dan pariwisata kedua negara
…DetailsKehadiran cabang utama ini memainkan peran penting dalam membantu pelaku usaha lokal memperluas distribusi produk, di pasar lokal maupun nasional
…Details